BAB
I
PENDAHULUAN
Gurun
tandus yang di kelilingi gurun pasir dan gunung-gunung, yang mana pada masa itu
kehidupan manusia sangat lah buruk, sehingga disebutlah pada masa itu dengan
zaman jahiliyah atau zaman kebodohan manusia, dilahirkanlah seorang manusia
pilihan, yang merupakan pembawa cahaya iman, sebagai panutan akhlak yang mulia
bagi umat manusia dan jin sampai akhir kehidupan di dunia ini.
Bahkan
nama seorang hamba yang mulia ini sudah diramalkan dalam kitab-kitab suci agama
terdahulu, seperti dalam kitab agama Buddha. Sang Buddha berkata :
“Wahai para pendeta, ketika manusia berusia 80.000 tahun, akan hadir di atas
muka bumi seorang Buddha bernama Metteyya (yang pengasih), manusia suci
(Arahat), yang tercerahkan serta penuh keagungan, dirahmati kebijaksanaan
tindakannya, kesuksesan, pengatahuan atas jagat, pengendara kereta kuda tiada
tanding yang ramah; penguasa malaikat dan manusia; Buddha yang diberkati,
meskipun aku telah lahir di muka bumi ini, seorang Buddha dengan kualitas yang
sama akan diturunkan. Apa yang dia pahami dari langit akan dia kabarkan pada
dunia bersama para malaikat, sahabat, dan malaikat utama lainnya, dan
orang-orang bijak serta brahmana, pangeran, dan rakyat biasa; seperti halnya
aku sekarang yang mengatakan hal yang sama kepada pihak yang sama. Dia akan
mengkhotbahkan agamanya, mulia asalnya, agung pada puncak kejayaannya, dan
agung pula tujuannya, baik dalam jiwa maupun ucapan. Dia akan mengumandangkan
kehidupan beragama yang utuh sempurna lagi menyeluruh, seperti aku sekarang
menyebarkan agamaku dan kehidupan sama. Dia akan memimpin ribuan masyarakat,
sedangkan aku hanya memimpin beberapa ratus pendeta. [1]
Sungguh
begitu agung dan mulia, nama-namanya telah terukir indah di sorga sana dan di
hati-hati orang-orang yang beriman, namanya terus di puji-puji sebagai tanda
kecintaan kepada insan pilihan, bahkan air mata terus mengalir di mata-mata
para perindu sang nabi yang mulia hingga akhir zaman. Yang mampu memberikan
cahaya kedamaian bagi hati yang sedang kegelapan, beliau adalah “cayaha di atas
cahaya”, NUURUN ALA NUURI”.
Tubuh
Nabi Saw warnanya putih kemerah-merahan, kulitnya bercahaya-cahaya mukanya
indah menawan dahi beliau luas, kepala beliau besar sempurna, hidung mancung
bagai huruf alif bengkok sedikit dan bercahaya, pipinya halus dan sedang, bulu
matanya lebat, bola mata nya besar dan indah, matanya luas dan bersangatan
hitam bola matanya, putih mata beliau bercampur kemerah-merahan, gigi muka rapi
tersusun indah, jika beliau tersenyum sungguh bercahaya-cahaya, rambut beliau
lebat tidak terlalu keriting dan lurus indah menawan, yang panjangnya sampai
ketelinga, kadang panjangnya sampai kebahu, jenggotnya lebat, perut dan
belakang rata, bahu beliau besar, jari-jari lemas dan lembut, dan bentuk tubuh
beliau sedang tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah, tidak gemuk
dan tidak pula kurus, tutur katanya halus dan santun, bila Nabi SAW berbicara
bercahaya dan senyum manis menyertai raut mukanya. Tatkala beliau berjalan
tenang bagaikan orang yang sedang turun dari tempat yang tinggi dan pandangan
beliau lebih banyak memandang kebawah dari pada ke atas, begitu tampan dan
menawan walaupun dilihat dari jauh, dan apabila sudah dekat tak ada kata yang
bisa diucapkan sebab begitu indahnya. Abu Hurairah ra pernah berkata : “Tak
pernah aku melihat orang yang lebih tampan dari Nabi saw. [2]
Beliau
adalah bernama MUHAMMAD SAW, seorang manusia pilihan yang dilahirkan dengan
penuh kemuliaan hingga akhir hayatnya. dari betapa agungnya beliau dari maka
itu penulis akan mempersembahkan sebuah makalah yang berisikan tentang sejarah
perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Namun kiranya dalam tulisan ini masih
banyak kekurangan dan kekeliruan baik dalam penyusunan kalimat, karena keterbatasan
pengetahuan penulis.
BAB
II
PEMBAHASAN
SEJARAH
HIDUP RASULULLAH SAW
A. PRAKERASULAN MUHAMMAD SAW.
1. Kelahiran
Muhammad SAW
Sekitar
tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di
antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena
letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di
Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi
pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala
utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat
Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab
dengan luas satu juta mil persegi.[3]
Nabi
Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin,
tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka
tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu
pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah
menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Bertepatan dengan
tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama
terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud
Pasha. [4]
Nabi
Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam
suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad
lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah
anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya
adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini
dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan
setelah dia menikahi Aminah. [5]
Ramalan
tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam
kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran
Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang
melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa
mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW nanti.[6] Seperti
dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81:
Artinya
:
“Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu
seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan
sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah
kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka
menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para
Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”.
Sejumlah
penulis besar tentang Sirah dan para pakar hadits telah banyak
meriwayatkan peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan, yang muncul pada saat
kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa-peristiwa diluar daya nalar manusia,
yang mengarah kepada dimulainya era baru bagi alam dan kehidupan manusia, dalam
hal agama dan moral. Diantara peristiwa-peristiwa tersebut adalah
singgasana Kisra yang bergoyang-goyang hingga menimbulkan bunyi serta
menyebabkan jatuh 14 balkonnya, surutnya danau Sawa, padamnya api sembahan
orang-orang Persia yang belum pernah padam sejak seribu tahun lalu.[7]
2. Masa
Kanak-kanak
Tidak
lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah, budak
perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun diasuh
olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang
mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada
Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya
dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan
kekar. Pada usia lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab
ibunya. Sejumlah hadis menceritakan bahwa kehidupan Halimah dan keluarganya
banyak dianugrahi nasib baik terus-menerus ketika Muhammad SAW kecil hidup di
bawah asuhannya. Halimah menyayangi baginda Rasul seperti menyayangi anak
sendiri, penuh kasih sayang dan cinta, namun karena banyak kejadian yang luar
biasa sehingga takut akan terjadi hal-hal yang tidak baik sehingga
dikembalikanlah Rasul SAW kepada keluarga beliau.
Muhammad
SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik bermain-main dengan
teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat ayah-ayah mereka pulang,
namun Rasulullah pulang dengan tangisan menemui ibunda beliau, seraya berkata
wahai ibunda mana ayah?.. ibunda beliau terharu tanpa jawaban yang pasti,
sehingga dalam ketidakmampuan atas jawaban tersebut, hingga suatu ketika ibunda
beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi kekota tempat ayah beliau dimakamkan.
Sekembalinya dari pencarian Makan suami tercinta ibu Rasul tercinta jatuh sakit
dan meninggal dalam perjalanan pulang, dengan duka cita yang mendalam dan
pulang bersama seorang pembantu nabi. Sekembalinya pulang sebagai anak yatim
piatu maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun dua tahun
kemudian, kakeknya pun yang berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada
usia delapan tahun itu, nabi ada dibawah tanggungjawab pamannya Abi Thalib.
Pada
usia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurnya, nabi memelihara kambing
di Mekkah dan menggembalakan di bukit dan lembah sekitarnya. Pekerjaan
menggembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai orang yang bijaksana dan
perenung seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau memperhatikan segerombolan
domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda kekuatan gaib yang tersebar
di sekelilingnya.
3. Masa
Remaja
Diriwayatkan
bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu
Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat kemudian beliau berjumpa dengan
seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat disebutkan bernama Bahira. Meskipun
beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya dikenal
luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad SAW tidak banyak diketahui.[8]
Muhammad
SAW, besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang dilaluinya
penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Dengan kelembutan, kehalusan budi
dan kejujuran beliau maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada beliau
dengan Al-Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.
Pada
usia 30 tahunan, Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan bijaksanya beliau,
Nabi SAW mampu mendamaikan perselisihan kecil yang muncul di tengah-tengah suku
Quraisy yang sedang melakukan renovasi Ka’bah. Mereka mempersoalkan siapa yang
paling berhak menempatkan posisi Hajar Aswad di Ka’bah. Beliau membagi tugas
kepada mereka dengan teknik dan strategi yang sangat adil dan melegakan hati
mereka.[9]
Pada
masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan dari
hasil usahanya. Kemudian pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan pemodal
besar Arab dan janda kaya Mekah, Khadijah binti Khuwailid yang telah berusia 40
tahun.
Adapun
isteri-isteri Nabi Muhammad SAW berjumlah 11 orang, yaitu :
1. Khadijah
binti Khuwailid
2. Saudah
binti jam’ah
3. Aisyah
binti Abu Bakar ra.
4. Hafshah
binti Umar ra.
5. Hindun
ummu salamah binti Abu Umayyah
6. Ramlah
Ummu Habibah binti Abu Sofyan
7. Zainab
binti Jahsyin
8. Zainab
binti Khuzaimah
9. Maimunah
binti Al-Harts Al-Hilaliyah
10. Juwairiyah
binti Al-Haarits
11. Sofiyah
binti Huyay
Dari
11 isteri Nabi SAW ini yang wafat saat Nabi SAW masih hidup adalah 2 orang
yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, sedangkan isteri Nabi yang 9 orang
masih hidup saat Nabi SAW wafat. Isteri Nabi SAW yang tersebut disebut dengan
Ummul Mu’minin artinya ibu orang-orang beriman. Mereka banyak menolong
penyebaran agama Islam di kalangan kaum ibu.
Nabi
Muhammad SAW mempunyai 7 orang anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan yaitu :
1. Qasim
2. Abdullah
3. Zainab
4. Fatimah
5. Ummu
kalsum
6. Rukayyah
7. Ibrahim
Ibu
anak-anak Nabi SAW itu semuanya dari isteri nabi Khadijah, kecuali Ibrahim,
yang ibu Mariyatul Qibtiyyah (seorang hamba perempuan yang dihadiahkan oleh
seorang pembesar Mesir kepada Nabi SAW. Anak-naka Nabi SAW tersebut wafat pada
saat Nabi SAW masih hidup, kecuali Fatimah yang wafat beberapa bulan setelah
Nabi SAW wafat.[10]
Diriwayatkan
tatkala Nabi SAW akan wafat beliau membisikkan kepada Fatimah ra, bahwa beliau
akan berpulang ke hadirat Allah, dan mendengar itu Fatimah menangis dengan
sedih, dan beberapa saat setelah itu Nabi SAW membisikan lagi sesuatu kepada
Fatimah ra, mendengar bisikan yang kedua ini Fatimah ra tersenyum, ternyata
bisikan bahwa dikabarkan bahwa setelah Nabi SAW wafat tidak ada orang yang
pertama meninggal kecuali Fatimah ra, sungguh mulia Fatimah tersenyum walau
mendengar kabar yang tentang wafat nya diri beliau, tapi semua tertutup karena
cinta yang mendalam kepada sang ayah tercinta.
B. Kerasulan Muhammad SAW
1. Awal
Kerasulan
Menjelang
usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa memisahkan diri dari pergaulan
masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua Hira, beberapa kilometer di Utara
Mekah. Di gua tersebut, nabi mula-mula hanya berjam-jam saja, kemudian
berhari-hari bertafakur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Muhammad SAW
mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril.
Pada
saat beliau tidur dan terbangun dengan tiba-tiba pada malam itu di gua bernama
Hira, dalam ketakutan yang luar biasa, seluruh tubuhnya, seluruh diri
bathinnya, dicengkeram oleh sebuah kekuatan yang sangat besar, seolah-olah
seorang malaikat telah mencengkeram beliau dalam pelukan yang menakutkan yang
seakan mencabut kehidupan dan napas darinya. Ketika beliau berbaring di sana,
remuk redam, beliau mendengar perintah, “Bacalah!” beliau tidak dapat melakukan
ini beliau bukan penyair terdidik, bukan peramal, bukan penyair dengan seribu
kalimat yang tersusun dengan baik yang siap dibibir beliau. Ketika itu beliau
protes bahwa beliau adalah buta huruf, malaikat itu merangkulnya lagi dengan
kekuatan yang begitu rupa, hingga turunlah ayat yang pertama yaitu ayat 1
sampai 5 dalam surat Al-‘Alaq.[11]
Artinya
:
1. “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Dia
merasa ketakutan karena belum pernah mendengar dan mengalaminya. Dengan
turunnya wahyu yang pertama itu, berarti Muhammad SAW telah dipilih Allah
sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru
manusia kepada suatu agama.
Peristiwa
turunnya wahyu itu menandakan telah diangkatnya Muhammad SAW sebagai seorang
nabi penerima wahyu di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian
dikenal sebagai “Malam Penuh Keagungan” (Laylah al-qadar), dan menurut sebagian
riwayat terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu pertama turun,
yang menandai masa awal kenabian, berlangsung masa kekosongan, atau masa jeda
(fatrah). Ketika hati Muhammad SAW diliputi kegelisahan yang sangat dan
merasakan beban emosi yang menghimpit, dia pulang ke rumah dengan perasaan
waswas, dan meminta istrinya untuk menyelimutinya. Saat itulah turun wahyu yang
kedua yang berbunyi :
“Wahai kau yang berselimut! Bangkit dan berilah peringatan!”
Dan
seterusnya, yaitu surat al-Muddatstsir: 1-7. Wahyu yang telah, dan kemudian
turun sepanjang hidup Muhammad SAW, muncul dalam bentuk suara-suara yang
berbeda-beda. Tapi pada periode akhir kenabiannya, wahyu surah-surah Madaniyah
turun dalam satu suara.
2. Pertengahan
Kerasulan
Setelah
beberapa lama dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan secara individual,
turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula beliau
mengundang dan menyeru kerabat karibnya dan Bani Abdul Muthalib. Beliau
mengatakan di tengah-tengah mereka, “Saya tidak melihat seorang pun di kalangan
Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa
yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepada kalian dunia dan akhirat yang
terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah diantara
kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”. Mereka semua menolak kecuali
Ali bin Abi Thalib.
Pada
permulaan dakwah ini orang yang pertama-tama merima dakwah nabi yaitu dengan
masuk Islam adalah, dari pihak laki-laki dewasa adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq,
dari pihak perempuan adalah isteri nabi SAW yaitu Khadijah, dan dari pihak
anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib ra.
Dalam
memulai dakwah nabi banyak mendapat halangan dari pihak kafir quraisy mekah dan
berbagai bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan dakwah Nabi
gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan
semakin ditingkatkan. Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap
kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad SAW untuk mengungsikan
sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, nabi
menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagi negeri tempat pengungsian.
Usaha
orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk
membujuk Negus (Raja) agar menolak kehadiran umat Islam di
sana, gagal. Bahkan, di tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang Quraisy
masuk Islam, Hamzah dan Umar ibn Khathab. Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar
ini posisi Islam semakin kuat.
Tatkala
banyaknya tekanan dari berbagai pihak Nabi SAW mengalami kesedihan yang
mendalam yaitu wafat nya seorang paman yaitu Abu Thalib sebagai pelindung dan
isteri tercinta yang setia menemani hari-hari beliau yaitu Khadijah binti
Khuwailid, sehingga Allah menghibur hati baginda Rasul SAW dengan terjadinya
Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW. diriwayatkan pada suatu malam ketika
Nabi SAW ada di Masjidil Haram di Mekkah, datanglah Jibril as. Dan beserta
malaikat yang lain, lalu dibawanya dengan mengendarai Buroq ke Masjidil
Aqsa di negeri Syam, kemudian Nabi SAW dinaikkan ke langit untuk diperlihatkan
kepada Nabi SAW tanda-tanda kebesaran dan kekayaan Allah SWT, pada malam itu
juga Nabi SAW kembali ke negeri Mekkah. Perjalanan dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqso dinamakan Isra, dan dinaikkannya Nabi SAW dari Masjidil Aqso ke
langit disebut Mi’raj. Pada malam inilah mulai di wajibkan Shalat Fardlu 5 kali
dalam sehari. [12]
Setelah
peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam
muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang
berhaji ke Mekah. Mereka, yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk Islam
dalam tiga gelombang. Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian, beberapa
orang Khazraj menemui Muhammad SAW untuk masuk Islam, dan mengharapkan agar
ajaran Islam dapat mendamaikan permusauhan suku ‘Aus dan Khazraj. Kedua, pada
tahun keduabelas kenabian, delegasi Yatsrib terdiri dari sepuluh orang Khazraj
dan dua orang ‘Aus serta seorang wanita menemui Muhammad SAW di tempat
bernama Aqabah. Mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Ikrar ini dinamakan dengan perjanjian
“Aqabah Pertama”. Ketiga, pada musim haji berikutnya, jama’ah haji yang datang
dari Yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta
Muhammad SAW dan Muslimin Makkah agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka
berjanji akan membelanya dari segala ancaman. Perjanjian ini dinamakan dengan
perjanjian “Aqabah Kedua”.
Dalam
perjalanan ke Yatsrib nabi ditemani oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika di Quba,
sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, nabi istirahat
beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman
rumah ini nabi membangun sebuah mesjid. Inilah mesjid pertama yang dibangun
nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali bin Abi Thalib menyusul
nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Mekah.
Sementara
itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatanganya. Waktu yang mereka
tunggu-tunggu itu tiba, mereka menyambut nabi dan kedua sahabatnya dengan penuh
kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota Yatsrib
diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering
disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang bercahaya), karena dari
sanalah sinar Islam memancar keseluruh dunia.
Kejadian
itu disebut dengan “hijrah” bukan sepenuhnya sebuah “pelarian”, tetapi
merupakan rencana perpindahan yang telah dipertimbangkan secara seksama selama
sekitar dua tahun sebelumnya. Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar bin
Khattab menetapkan saat terjadinya peristiwa hijrah sebagai awal tahun Islam,
atau tahun qamariyah.
3. Akhir
Masa Kerasulan
Pembentukan Negara Madinah
Setelah
tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad SAW resmi sebagai
pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda
dengan periode Mekah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik.
Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di
Madinah. Nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala
agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi
terkumpul dua kekuasaan, kekuasaam spiritual dan kekuasaan duniawi.
Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala negara.[13]
Dengan
terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam
yang pesat itu membuat orang-orang Mekah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi
risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk
menghadapi kemungkinan-kemungkinan gangguan dari musuh, nabi, sebagi kepala
pemerintahan, mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam
diijinkan berperang dangan dua alasan: (1) untuk mempertahankan diri dan
melindungi hak miliknya, dan (2) menjaga keselamatan dalam penyebaran
kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya.
Dalam
sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya kaum
muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, di awal
pemerintahannya, mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga
melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi
dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian damai dengan berbagai
kabilah di sekitar Madinah juga diadakan dengan maksud memperkuat kedudukan
Madinah.
Pada
tahun 9 dan 10 Hijriyah (630-632 M) banyak suku dari pelosok Arab mengutus
delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan mereka. Masuknya
orang Mekah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar
pada penduduk padang pasir yang liar itu. Tahun itu disebut dengan tahun
perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud; peperangan antara suku yang
berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama.
Setelah
itu, Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi
masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para
dai’ dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran
Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi
menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin
tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M., Nabi Muhammad SAW wafat di rumah
istrinya Aisyah.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
perjalanan sejarah nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW, di
samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik dan
administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin
politik, beliau berhasil menundukan seluruh Jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.
Kita
dapat membagi masa dakwah Muhammad SAW menjadi dua periode, yang satu berbeda
secara total dengan yang lainnya, yaitu:
Periode
Mekah, berjalan kira-kira tiga belas tahun.
Periode
Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
Setiap
periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan kekhususannya
masing-masing. Periode mekah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
Tahapan
dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
Tahapan
dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekah, yang dimulai sejak
tahun keempat dari kenabian hingga akhir tahun kesepuluh.
Tahapan
dakwah di luar Mekah, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari kenabian hingga
hijrah ke Madinah.
Sedangkan
periode Madinah dapat dibagi menjadi tiga tahapan fase:
Fase
yang banyak diwarnai cobaan dan perselisihan, banyak rintangan yang muncul dari
dalam, sementara musuh dari luar menyerang Madinah untuk menyingkirkan para
pendatangnya. Fase ini berakhir dengan dikukuhkannya perjanjian Hudaibiyah.
Fase
perdamaian dengan para pemimpin paganisme, yang berakhir dengan Futuh Makah
pada bulan Ramadhan tahun kedelapan dari Hijriyah. Ini juga merupakan fase
berdakwah kepada para raja agar masuk Islam.
Fase
masuknya manusia ke dalam Islam secara berbondong-bondong, yaitu masa
kedatangan para utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke Madinah. Masa ini
membentang hingga wafatnya Rasulullah SAW.
kata kunci : asal usul Nabi Muhammad, sejarah hidup Rasulullah, nama istri Nabi Muhammad